Saturday, March 05, 2011

Pidato Ir.Soekarno tanggal 1 Juni 1945

Berikut ini adalah ringkasan dari pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945. Ketika saya membaca bergetarlah hati saya akan SEMANGAT yang begitu berkobar dalam diri Bung Karno dan para pemuda pada waktu itu untuk segera Indonesia Merdeka! sekarang juga.Dan yanng terbesit dalam benak saya pada saat saya membaca pidato beliau, beliau seorang yang cerdas dan berani dalam mengambil resiko apapun yang terjadi.



BADAN PENYELIDIK USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Sidang pertama
Rapat besar tanggal 1 Juni 1945
Waktu    :
Tempat   : Gedung Tyuuoo Sangi-In (sekarang Dep. Luar Negeri)
Acara     : Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (lanjutan)
Ketua     : Dr. KRT Radjiman Wedyoningrat

            Anggota SOEKARNO :
Paduka tuan Ketua yang mulia!
            Sesudah tiga hari berturut anggota-anggota Dokuritu Zyumbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.
            Banyak anggota telah berpidato , dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan d a s a r n y a Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “P h i l o s o f i s c h e   g r o n d s l a g” daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.
            Merdeka buat saya ialah: “political independence”, p o l i t i e k e  o n a f h a n k e l i j k  h e i d. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?
            Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia. Lihatlah kepada perjalanan dunia itu.
            Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdek, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka, namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!
            Alangkah berbeda isinya itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai jelimet!, maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri dari kaum Badui yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu.
            Lihatlah pula-jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat Sovyet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet, adakah rakyat Sovyet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia adalah rakyat Musyik yang lebih daripada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetauhi betapa keadaan rakyat Sovyet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Sovyet itu. Dan kita sekarang disini mau mendirikan Negara Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan!
            Maaf P.T. zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimet hal ini dan hal itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia  Merdeka sampai ke lobang kubur!
            Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun ’33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka”. Maka di dalam risalah tahun ’33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan , politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain, tak bukan, ialah satu j e m b a t a n, satu j e m b a t a n  e m a s. Saya katakan didalam  kitab itu, bahwa di s e b e r a n g n y a jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.
            Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam  s a t u  m a l a m, -in one night only!- kata Amstrong didalam kitabnya, Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia Merdeka di satu malam sesuadah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! S e s u d a h “jembatan” itu diletakkan oleh Ibn Saud, maka di s e b e r a n g  jembatan, artinya kemudian dari pada itu. Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandang-an sebagai nomade yaitu orang Badui , diberi pelajaran oleh Ibn Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok tanam. Nomade dirubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, -semuanya diseberang jembatan.
            Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Sovyet Rusia Merdeka, telah mempunyai Djenepprprostoff dan yang Maha Besar di sungai Djnepp? Apa ia telah mempunyai radio-station, yang menundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Sovyet-Rusia Merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolah baru mengdakan Creche, baru mengadakan Djepprprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan jelimet, dan kalau sudah selesai barulah kita dapat Merdeka . alangkah berlainannya tuaan-tuan punya semangat-jikalau tuan-tuan demikian, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!
            Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali sekarang yaitu Indonesia Merdeka  sekarang, sekarang, sekarang!
            Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan: Indonesia Merdeka, SEKARANG! Jikalau umpamanya Balatentara Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata: mangke rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan Negara Indonesia Merdeka?
            Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita maka satu menitpun kita tidak akan menolak, sekarangpun kita menerima urusan itu, sekarangpun kita mulai dengan Negara Indonesia yang Merdeka!
            Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbedaan antara Sovyet-Rusia, inggris, Amerika dll tentang isinya: tetapi ada satu yang sama, yaitu rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat inggris sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, memperthankan tanah air kita Inndonesia pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk Merdeka.
            Saudara-saudara jika tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka didalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat merdeka!
            Didalam Indonesia Merdeka itulah kita MEMERDEKAKAN rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita MEMERDEKAKAN hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu per-satu. Di dalam Sovyet-Rusia merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Sovyet-Rusia satu per-satu.
            Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysenterie, banyak penyakit hongeroedeem, banyak ini banyak itu. “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka”/
            Didalam Indonesia merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, didalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan “Jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat sehat, dan abadi.
            Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetauhi, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internationaalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Unutk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yanng merdeka, tidak diadakan  syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internationaalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahannya, kemudia diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka inilah yang sudah bernama: merdeka. Tidak perduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak perduli rakyat hebat ekonominya atau tidak. Tidak perduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, -sudahlah ia merdeka.
            Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya,-tetapi “semua buat semua”. Inilah salah satu yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung didalam saya punya jiwa, bukan saja didalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: Dasar Pertama, yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialah dasar KEBANGSAAN.
            Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia.
            Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan terlebih dahulu, meski saya didalam rapat besar di Taman raden Saleh sedikit-dikit telah menerangkannya. Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempo sedikit: Apakah yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?
            Menurut Renan syaratnya bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Orang-orangnya mersa diri bersatu dan mau bersatu.
Ernest Renan menyebut syarat bangsa; “le desir d’etre ensemble’ yaitu kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.
            Definisi dari Otto Bauer, didalam bukunya “Die Nationalitatenfrage”, disitu ditanyakan; “was ist eineNation?” dan jawabannya adalah “eine nation ist eine aus Schiksalsgemeinschaft erwachscne charaktergemeinschaft”. Inilah menurut Otto Bauer satu natie. (Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).
            Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah SWT. membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan dimana “kesatuan-kesatuan” disitu.
            Tanah tumpah darah kita, tanah air kita menurut geopolitik, maka Indonesia-lah tanah air kita. Inonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatra saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah SWT. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air kita.
            Bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan “le desir d’etre ensemble” di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan Allah SWT., tinggal kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara Sumatra samapi ke Irian! Seluruhnya!, karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada “le desir d’etre ensemble”, sudah terjadi “charakter gemeinschaft”! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, umat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000 tetapi 70.000.000 yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!
            Ke sinilah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale Staat, diatas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatra sampai ke Irian. Saya yakin tidak ada satu golongan di antara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun golongan yang dinamakan ‘golongan kebangsaan”. Ke sinilah kita harus menuju semuanya.
            Saudara-saudara janganlah orang mengira, bahwa tiap-tiap negara merdeka adalah satu nationale staat! Bukan Pruisen, bukan Beieren, bukan Saksen adalah nationale staat, tetapi seluruh Jermanialah satu natioonale staat. Bukan bagian-bagian kecil, bukan Venetia, bukan Lombardia, tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut Tengah, yang di utara dibatasi oleh pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga indialah nanti harus menjadi national staat.
            Demikianlah pula bukan semua negeri-negeri di tanah-air kita yang merdeka di jaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sriwijaya dan di jaman Majapahit.
            Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yangn telah berdiri di jaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar negara yang pertama; KEBANGSAAN INDONESIA. Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatra, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali. Atau lain-lain, tetapi KEBANGSAAN INDONESIA yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat.
Saudara-saudara, memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga berfaham “Indonesia Uber Alles”. Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi tanah air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja daripada dunia! Ingatlah akan hal ini!
            Prinsip saya yang kedua, inilah filosofisch principe yang nomor dua, yang saya usulkan kepada tuan-tuan, yang boleh saya namakan “Internasionalisme”. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada birma, tidak ada inggris, tidak ada Amerika, dan lain-lainnya.
            Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama-tama saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah Permusyawaratan perwakilan.
            Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, sayapun, adalah orang orang Islam, maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh belum sempurna, tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati islam. Dan hati Islam Bung Karno ini ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.
            Prinsip nomor 3 sekarang saya usulkan, yaitu prinsip permusyawaratan, perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau didalam badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka, kalau tidak ada perjuangan faham didalamnya. Baik dalam staat Islam, maupun di dalam staat Kristen, perjuangan selamanya ada. Terimalah prinsip nomor 3, prinsip mufakat, prinsip perwakilan rakyat! Didalam perwakilan rakyat saudara-saudara Islam dan saudara-saudara kristen bekerjalah sehebat-hebatnya!.
            Prinsip nomor 4, yaitu prinsip Kesejahteraan, prinsip: tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka.
            Didalam Parlementaire Democratie, tiap-tiap orang mempunyai hak sama. Hak Politiek yang sama, tiap-tiap orang boleh memillih, tiap-tiap orang boleh masuk didalam parlemen. Tetapi adakah Sociale rechtvaardigheid, adakah kenyataan kesejahteraan dikalangan rakyat?
            Saudara-saudara, saya usulkan: kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni POLITIEKECONOMISCHE DEMOCRATIE yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan Ratu-Adil? Yang dimaksud dengan faham Ratu-Adil, ialah sociale rechtvaardigheid, rakyat ingin sejahtera.
            Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat hendaknya bukan badan permusyawaratan politiek demokratie saja, tetapi badan yang bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid.
            Segala hal akan kita selesaikan, segala hal! Juga didalam urusan Kepala Negara, saya terus terang, saya tidak akan memilih monarchie. Apa sebab? Oleh karena monarchie “vooronderstelt erfelijkheid”, -turun temurun. Saya seorang Islam, saya demokrat karena saya orang Islam, saya menghendaki mufakat, maka saya minta supaya tiap-tiap Kepala Negarapun dipilih. Tidakkah agama Islam mengatakan bahwa Kepala-kepala Negara, baik kalif maupun Amirul mu’minin, harus dipilih oleh rakyat? Tiap-tiap kali kita mengadakan Kepala Negara, kita pilih.
            Saudara-saudara saya telah mengemukakan 4 prinsip, yaitu:
1.      Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme, -atau peri-kemanusiaan
3.      Mufakat, -atau demokrasi
4.      Kesejahteraan Sosial

Apakah prinsip yang kelima?, prinsip Indonesia Merdeka dengan bertqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhan-nya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al-Masih, yang belum ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW., orang-orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan!
Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain.
Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berkewajiban, sedangkan kita membicarakan dasar. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli kitab bahasa-namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.
Kita mendirikan Negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya.semua buat semua! Buka Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia! Semua buat semua! Jikalau saya peras yang lima menajdi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan yang tulen, yaitu perkataan “GOTONG ROYONG”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!
“Gotong Royong’ adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “Kekeluargaan”, saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo: satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong royong adalah pembanting tulang bersama pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binatu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Itulah Gotong Royong!
Prinsip Gotong royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia. Inilah, saudara-saudara, yang saya usulkan kepada saudara-saudara.
Pancasila menjadi Tri Sila, Tri Sila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana yang tuan-tuan pilih: Tri Sila, Eka Sila, ataukah Panca Sila?. Prinsip-prinsip seperti yang saya usulkan kepada saudara-saudara ini, adalah prinsip untuk Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah menggelora dengan prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup di dalam masa peperangan, saudara-saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan Negara Indonesia, -didalam gunturnya peperangan! Bahkan saya mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT., bahwa kita mendirikan  Negara Indonesia bukan didalam sinarnya bulan purnama, tetapi dibawah palu godam peperangan dan didalam api peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka, Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah Negara Indonesia yang kuat, bukan Negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur. Karena itulah saya mengucap syukur kepada Allah SWT..
Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi KENYATAAN, menjadi REALITEIT, jika tidak dengan PERJUANGAN!
Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas dasar permuasyawaratan, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna, janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah PERJUANGAN, PERJUANGAN, dan sekali lagi PERJUANGAN!.
Jangan mengira bahwa dengan berdirinya Negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan harus kita berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara bahwa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak berani mengambil risiko, tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalam-dalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak mentekad mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah Kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya sampai ke akhir jaman. Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka, Merdeka, atau Mati!”
Saudara-saudara! Demikianlah saya punya jawaban atas pertanyaan Paduka tuan Ketua.
Terima Kasih

Itulah mungkin sekelumit dari pidato beliau yang begitu mengesankan dan SEMANGAT PERJUANGAN beliau pun tak pernah padam. Semangat Kebangsaan itu harus tertanam diseluruh jiwa muda-mudi INDONESIA


Salam Semangat,
Indah Nurhidayati :)

No comments:

Post a Comment